Memulai Hidup Baru dengan Energi Terbarukan di Tahun Baru
Tidak hanya hubungan antara saya dan suami yang harus diperhatikan, namun hubungan kami bersama alam juga tidak boleh luput, karena alam akan terus bersama kami dan anak-cucu nanti.
Pembaca blog ini pasti sudah tahu dengan berbagai tulisan saya tentang berbagai drama menyiapkan pesta pernikahan hingga drama hubungan pasutri millenials. Tidak cukup sampai di situ, Ferguso, karena masih banyak hal terkait rumah tangga yang harus diperhatikan. Misalnya, dalam memilih rumah tinggal dan perabotan. Tidak mudah lho untuk mengurus hal ini.
Setelah menabung beberapa tahun, kami berencana untuk membeli sebuah rumah di Kabupaten Serang, yang merupakan wilayah kerja suami sebagai Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Selain sebagai rumah tinggal, kami akan menggunakan rumah sebagai kantor suami dan studio mini saya untuk membuat konten Youtube.
Rencananya pada awal tahun 2019 kami akan menentukan komplek perumahan yang dipilih. Berbagai gambaran rumah favorit sudah banyak saya bagikan di media sosial, bahkan saya turut bertanya kepada followers asal Kabupaten Serang soal perumahan-perumahan rekomendasi mereka.
Dilansir dari PLN melalui seminar Coaction Indonesia, Kabupaten Serang berada di provinsi Banten, yang mana provinsi ini berada di peringkat pertama dengan konsumsi energi listrik tertinggi di Indonesia.
Suami yang juga seorang pecinta alam, menginginkan penggunaan perabotan rumah tangga dan penataan rumah nanti harus ramah lingkungan. Sehingga suami dan saya berupaya untuk :
1. Membeli alat elektronik dengan teknologi terkini, karena sudah diproduksi untuk menghemat konsumsi energi dan air sebanyak 60%. Pantas saja, saudara saya yang menjual susu pasteurisasi bilang, "Kulkas zaman sekarang lebih hemat energi, dibanding kulkas zaman dulu yang saya pakai untuk menyimpan susu."
Jika memungkinkan, ganti barang eletronik lama dengan elektronik baru yang lebih hemat listrik.2. Menggunakan alternatif barang-barang (yang terlihat sederhana) yang lebih ramah lingkungan. Misal, mengganti sedotan plastik dengan sedotan stainless steel, sikat gigi plastik dengan sikat gigi bambu, lampu pijar dengan lampu LED, dan lain sebagainya. Nah, pas sekali tulisan ini dipublikasikan di Harbolnas, silakan teman pembaca membeli barang-barang ramah lingkungan dengan harga miring di e-commerce tercinta.
3. Mengganti penggunaan elpiji dengan gas bumi. Gas bumi lebih murah karena persediaannya masih banyak tersedia di alam Indonesia. Berbeda dengan bahan baku elpiji yang masih diimpor dari Timur Tengah dan persediaannya terbatas.
Hitung-hitung mengurangi besarnya impor sehingga berdampak positif pada menguatnya rupiah.
Berdasarkan informasi dari seminar Coaction Indonesia, negara kita memiliki gas bumi sebesar 29.544 MW, dengan pemanfaatan sebesar 1.438 MW atau baru 4,9% saja.
Untuk poin nomor ini memang sudah direncanakan dari awal oleh kami, dengan alasan; tentunya demi lingkungan serta keamanan diri mengingat saya dan suami paling tidak berani mengutak-atik elpiji, terlebih sudah banyak kejadian yang seram seperti elpiji meledak di rumah tetangga saya dahulu. Oh ya, elpiji yang ada di rumah mertua, selalu diutak-atik oleh Mbak Asisten atau satpam komplek.
Sedangkan di rumah sendiri nanti, kami mencoba untuk ingin melakukan segalanya secara mandiri. Untuk itu kami berencana membeli rumah yang telah mendapatkan jaringan gas rumah tangga (jargas). Beruntung perumahan baru di Kabupaten Serang sudah banyak dialiri jargas, seperti yang pernah Papa saya katakan dahulu. Kebetulan Papa merupakan salah satu karyawan di perusahaan gas bumi milik negara.
"Tahu tidak kalau penggunaan gas bumi benar-benar bikin hemat. Rata-rata rumah tangga menghabiskan anggaran sebanyak Rp 150.000 - Rp 180.000 untuk elpiji, sedangkan kalau pakai gas bumi, paling hanya menghabiskan Rp 40.000 - Rp 60.000 saja," kata Papa beberapa waktu lalu.
4. Mengganti atap pada beberapa spot ruangan rumah dengan atap transparan. Terutama untuk dapur dan ruang belakang rumah, yang nantinya akan kami jadikan taman kecil, sehingga tidak perlu menyalakan lampu jika ke ruangan tersebut pada siang hari.
5. Terakhir, ke depannya kami akan menggunakan panel surya. Memang mahal, namun sebagai manusia bijak kita semua harus menggunakan energi terbarukan yang ada, salah satunya energi surya yang melimpah di tanah air. Toh, sekarang panel surya sudah lebih murah 30% dan dalam kurun waktu 5-7 tahun sudah bisa balik modal. Biaya tagihan listrik pun bisa berkurang, deh.
Semoga semua rencana ini dapat terwujudkan setelah memiliki rumah di awal tahun 2019. Kami juga berharap nantinya bisa memanfaatkan energi terbarukan semaksimal mungkin, agar Indonesia bisa lebih baik lagi.
*Tulisan ini dibuat untuk mendukung kompetisi blog "Saatnya Energi Muda Beraksi" yang diadakan Coaction Indonesia)
*Gambar diambil dari Freepik
Semoga makin ke sini, panel surya makin terjangkau.
ReplyDeleteDengan atap transparan di beberapa spot di rumah selain memberi cahaya juga gak bikin rumah lembap :)
ReplyDeleteSetuju banget Mba sama prinsip beli elektronik yang hemat energi, yang kekinian itu bisa bantu kita hemat energi jangka panjang.
Rencananya rapi sekali dan nampaknya siap direalisasikan. Semoga nantinya berjalan dengan lancar. By the elway saya ingin mencontoh beberapa idenya untuk perubahan di rumah
ReplyDelete